Jurnalnetizen.com – Momen ceria di konser Coldplay berubah menjadi tontonan internet setelah klip video sepasang kekasih yang ditampilkan di jumbotron band tersebut menjadi viral, memicu spekulasi tentang identitas dan kehidupan pribadi mereka.
Dalam pertunjukan Coldplay baru-baru ini di Stadion Gillette di Massachusetts, vokalis Chris Martin meluncurkan “Jumbotron Song”-nya, berimprovisasi lirik tentang penonton sementara kamera menyorot kerumunan. Video tersebut menyoroti seorang pria berselebaran ulang tahun dan dua penggemar berkostum pisang, sebelum berfokus pada sepasang kekasih yang terlihat berpelukan dan tersenyum.
Ketika mereka menyadari bahwa mereka sedang berada di layar lebar, rahang wanita itu ternganga saat ia menutupi wajahnya dan memalingkan muka, sementara pria itu dengan cepat menghilang. “Entah mereka berselingkuh atau mereka hanya sangat pemalu,” canda Martin, yang mengundang tawa dari kerumunan.
Namun, apa yang dimaksudkan sebagai momen menyenangkan dengan cepat meledak di dunia maya. Para netizen mulai berspekulasi bahwa pasangan itu adalah eksekutif senior di sebuah perusahaan yang berbasis di AS, menuduh pria itu adalah CEO dan wanita itu adalah kepala sumber daya manusia perusahaan tersebut.
Associated Press tidak dapat memverifikasi identitas pasangan tersebut. Seorang juru bicara perusahaan menolak mengonfirmasi klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa pernyataan yang beredar daring yang dikaitkan dengan CEO tersebut palsu dan berasal dari akun parodi. Namun, perusahaan kemudian mengumumkan telah membuka penyelidikan, tanpa menyebut nama siapa pun.
Upaya menghubungi wanita tersebut melalui LinkedIn tidak berhasil, sementara halaman LinkedIn pria tersebut tampak dinonaktifkan di tengah banjir perhatian daring. Upaya menghubunginya melalui saluran lain juga tidak berhasil.
Perwakilan Coldplay mengatakan band tersebut tidak berkomentar mengenai insiden tersebut.
Situasi ini telah memicu kembali diskusi seputar privasi di acara-acara langsung. Meskipun banyak tempat konser memasang tanda yang menyatakan bahwa para peserta dapat direkam, maraknya media sosial membuat momen-momen ini dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, terkadang dengan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Mary Angela Bock, seorang profesor madya di University of Texas di Austin, mencatat bahwa insiden tersebut menyoroti ketegangan antara hiburan dan privasi di era digital. “Internet telah berubah dari tempat interaksi menjadi sistem pengawasan raksasa,” kata Bock. “Kita diawasi oleh media sosial. Mereka melacak kita dengan imbalan hiburan.”