Jurnalnetizen.com – Amerika Serikat telah mengenakan tarif impor sebesar 19 persen untuk kopi dari Indonesia, sebuah langkah yang menurut para pemimpin industri lokal akan lebih merugikan pembeli Amerika daripada produsen Indonesia, mengingat ketergantungan AS yang besar pada kopi impor.
Tarif yang berlaku sejak 7 Agustus ini menargetkan salah satu ekspor pertanian Indonesia yang paling berharga. Meskipun demikian, eksportir kopi Indonesia tetap yakin dengan posisi pasar mereka. AS, konsumen kopi terbesar di dunia, tidak memproduksi komoditas tersebut di dalam negeri dan sepenuhnya bergantung pada impor dari negara-negara seperti Brasil, Vietnam, Kolombia, dan Indonesia.
“Semua yang mereka minum diimpor,” kata Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), dalam wawancara daring dengan B-Universe Media Holdings pada hari Rabu. “Tarif ini seharusnya tidak pernah terjadi dan idealnya seharusnya nol.”
Pranoto mengklaim bahwa anggota Tim Negosiasi Kebijakan Perdagangan AS telah menulis surat kepada Donald Trump untuk meminta agar kopi tidak dimasukkan dalam daftar barang yang dikenakan tarif.
Pranoto mengatakan surat yang dikirim tiga minggu lalu itu mencatat bahwa kopi sebelumnya merupakan satu-satunya komoditas pertanian yang bebas bea masuk. Ia berharap Washington akan mempertimbangkan kembali, dengan menunjukkan bahwa Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mendorong pengenaan tarif nol untuk produk yang tidak diproduksi di dalam negeri oleh suatu negara.
Ia yakin bahwa kualitas kopi Indonesia—terutama biji arabika Sumatra, yang merupakan bahan pokok bagi para roaster kopi AS—akan membuat pembeli Amerika kembali, meskipun ada tarif baru. “Mereka tetap akan membayar pajak karena mereka tidak dapat menggantikan rasa dan kualitas yang kami hasilkan,” ujarnya.
Meskipun tarif tersebut dapat menaikkan harga bagi konsumen Amerika, Pranoto yakin keunggulan kompetitif Indonesia akan meredam dampaknya bagi petani dan eksportir lokal. “Ini lebih menjadi masalah bagi mereka daripada bagi kami,” ujarnya.
Ekspor kopi Indonesia melonjak 76,33 persen pada tahun 2024 menjadi US$1,6 miliar, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). AS merupakan pasar teratas, diikuti oleh Mesir, Malaysia, dan Belgia. Ekspor ke AS naik dari 36,6 juta ton pada tahun 2023 menjadi 44,3 juta ton tahun lalu, dengan nilainya naik menjadi $307,4 juta dari $215,5 juta.