Jurnalnetizen.com – Rencana pemerintah untuk memproduksi dan mempromosikan penggunaan Biodiesel 50 (B50) diperkirakan akan mendorong kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) global, menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
B50 adalah campuran bahan bakar yang terdiri dari 50 persen biofuel yang utamanya berasal dari minyak sawit dan 50 persen solar konvensional.
Berbicara dalam sebuah acara yang merayakan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan cadangan beras nasional menjadi 4 juta ton di Jakarta pada hari Jumat, Sulaiman mengatakan pemerintah berencana untuk menggunakan sekitar 5,3 juta ton CPO untuk produksi B50.
“Tahun lalu, kita mengekspor 26 juta ton CPO. Apa yang akan terjadi jika kita memangkas ekspor menjadi 21 juta ton? Harga akan naik,” katanya.
Dia mencatat bahwa Indonesia memasok 65,94 persen CPO dunia, yang menyiratkan bahwa setiap pengurangan ekspor dapat berdampak signifikan pada harga global.
“Kenaikan harga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani, bukan? Kami akan senang melihat petani kami sejahtera,” katanya kepada wartawan.
Meskipun ada rencana pemotongan ekspor, Sulaiman meyakinkan bahwa pengiriman ke Uni Eropa dan Amerika Serikat tidak akan terpengaruh.
“Kita hanya butuh 2,3 juta ton untuk Eropa dan 1,7 juta ton untuk AS, jadi tidak akan ada masalah dengan ekspor,” katanya.
Pada 16 Mei, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Yuliot Tanjung mengonfirmasi kesiapan Indonesia untuk mulai mengembangkan B50 tahun depan.
Ia mengatakan Indonesia memiliki cukup banyak fatty acid methyl ester komponen biodiesel penting yang berasal dari minyak nabati melalui transesterifikasi untuk mendukung inisiatif tersebut.
Tanjung juga menegaskan bahwa program B50 tidak akan membutuhkan perluasan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar.
“Kita akan mengandalkan program replanting untuk memenuhi kebutuhan kelapa sawit kita. Jadi, tidak akan ada perluasan lahan yang besar,” tegasnya.