Jurnalnetizen.com – Presiden Prabowo Subianto menyuarakan dukungannya agar aktivis buruh yang terbunuh Marsinah ditetapkan sebagai pahlawan nasional, menanggapi usulan dari para pemimpin buruh Indonesia dalam pidatonya memperingati Hari Buruh Internasional di Monumen Nasional (Monas) di Jakarta pada hari Kamis.
“Saudara-saudara, para pemimpin buruh telah bertanya kepada saya, ‘Tuan, mengapa tidak ada pahlawan nasional dari gerakan buruh?’ Saya bertanya apakah mereka punya nama dalam pikiran, dan mereka berkata, ‘Bagaimana dengan Marsinah, Tuan?’” kata Prabowo kepada ribuan pekerja yang bersorak.
Ia berjanji mendukung penuh usulan tersebut, dengan syarat para pemimpin serikat buruh bersatu dalam mendukung langkah tersebut.
“Selama para pemimpin buruh di seluruh jajaran setuju, saya akan mendukung Marsinah untuk dihormati sebagai pahlawan nasional,” katanya, disambut tepuk tangan dari kerumunan.
Marsinah, seorang pekerja pabrik dari Jawa Timur, diculik dan dibunuh pada tahun 1993 setelah memprotes kenaikan upah dan menyelidiki penahanan rekan-rekan sekerjanya selama rezim militer era Suharto. Pembunuhan brutalnya, yang masih belum terpecahkan, menjadikannya simbol perlawanan buruh dan hak asasi manusia di Indonesia.
Pernyataan Prabowo muncul lebih dari tiga dekade setelah kematian Marsinah, sebuah kasus yang terus membayangi gerakan buruh Indonesia. Setiap tahun, kisahnya dikenang pada Hari Buruh sebagai pengingat suram tentang perjuangan negara yang belum selesai untuk keadilan dan hak-hak buruh.
Marsinah, lahir pada tahun 1969, tumbuh dalam kesulitan dan bekerja di beberapa pabrik sebelum bergabung dengan PT Catur Putra Surya di Sidoarjo. Pada bulan Mei 1993, ia berpartisipasi dalam aksi mogok menuntut penerapan kebijakan upah minimum. Setelah beberapa rekan kerjanya ditahan oleh militer, ia mencoba melacak keberadaan mereka. Beberapa hari kemudian, jasadnya ditemukan di sebuah hutan di Nganjuk, dengan tanda-tanda penyiksaan.
Kasusnya menggemparkan negara dan masyarakat internasional. Meskipun investigasi awal berujung pada pengadilan kontroversial dan dugaan pengakuan paksa, tidak seorang pun dimintai pertanggungjawaban, dan kecurigaan keterlibatan militer tidak pernah sepenuhnya ditanggapi.
Kelompok masyarakat sipil dan seniman telah menjaga warisannya tetap hidup melalui lagu, puisi, dan film. Kehidupannya menginspirasi film Marsinah Cry Justice dan telah diabadikan dalam musik oleh seniman mulai dari Mus Mulyadi hingga band punk Marginal.
Saat ini, banyak yang menganggap Marsinah tidak hanya sebagai simbol perlawanan buruh tetapi juga sebagai pelopor hak-hak perempuan dan martabat manusia selama masa otoriter Indonesia. Seruan untuk secara resmi mengakuinya sebagai pahlawan nasional semakin keras dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah monumen untuk menghormatinya berdiri di kampung halamannya di Nganjuk, Jawa Timur. Pada setiap Hari Buruh, namanya dinyanyikan sebagai seruan untuk solidaritas buruh dan keadilan sosial.