Jurnalnetizen.com – Seorang pejabat senior telah menunjuk dugaan kelalaian selama penyiapan makanan sebagai kemungkinan penyebab insiden keracunan makanan massal yang melibatkan puluhan anak sekolah di Cianjur, Jawa Barat, di bawah program makanan bergizi gratis (MBG) pemerintah.
Dadan Hindayana, kepala Badan Gizi Nasional (BGN), mengatakan penyelidikan awal menunjukkan penanganan bahan makanan yang tidak tepat selama pemrosesan menyebabkan kontaminasi. “Dugaan awal kami adalah kelalaian dalam pemrosesan,” kata Dadan kepada wartawan Senin malam.
Setidaknya 79 siswa dari MAN 1 Cianjur Islamic School dan SMP PGRI 1 Cianjur dilaporkan jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan yang disediakan pemerintah pada 21 April.
Terkait hal itu, Satuan Reserse Kriminal Polres Cianjur telah melakukan penyidikan. Menurut Kepala Reserse Kriminal Polres Cianjur, Tono Listianto, sepuluh orang yang terlibat dalam penanganan makanan di Dapur SPPG Limbangansari telah diperiksa. Sepuluh orang tersebut terdiri dari kepala dapur, ahli gizi, juru masak, pengepak, dan kurir.
“Pemeriksaan ini untuk mengetahui penyebab pasti keracunan makanan di Dapur SPPG Limbangansari,” kata Tono, Rabu.
Sejauh ini, belum ada tersangka yang ditetapkan karena penyidikan masih dalam tahap pengumpulan barang bukti. Sementara itu, operasional dapur umum yang memasok makanan ke tujuh sekolah di kabupaten tersebut dan memproduksi 2.780 porsi makanan per hari itu dihentikan.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Cianjur, Frida Laila Yahya, sebagian besar siswa yang terjangkit telah dipulangkan dari RS Sayang Cianjur. Namun, lima siswa masih dalam pengawasan di RS Bhayangkara Cianjur.
Dadan mengatakan kelalaian tersebut kemungkinan besar terjadi pada tahap awal penyiapan makanan, yang berpotensi membahayakan keamanan dan nilai gizi makanan. Sementara penyelidikan resmi masih berlangsung, pihak berwenang saat ini lebih fokus pada tindakan pencegahan daripada tindakan hukuman.
“Kami memprioritaskan pelatihan untuk meningkatkan standar pengolahan makanan,” katanya, seraya menambahkan bahwa protokol keamanan pangan akan diperkuat di lembaga yang bertanggung jawab atas distribusi makanan umum.
Wabah ini merupakan pukulan bagi program MBG yang baru diluncurkan, sebuah inisiatif kesehatan unggulan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan gizi dan stunting. Diluncurkan pada bulan Januari, program ini dirancang untuk memberikan makanan kaya nutrisi kepada jutaan anak usia sekolah dan kelompok berisiko di seluruh Indonesia.
Hingga pertengahan Maret, pemerintah telah mencairkan Rp 710,5 miliar (sekitar $43 juta) untuk melayani lebih dari 2 juta penerima, termasuk pelajar dan ibu hamil. Program ini didukung oleh anggaran Rp 71 triliun dan menargetkan 17,9 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Meskipun mengalami kemunduran di Cianjur, Dadan terus membela nilai jangka panjang program MBG dalam meningkatkan hasil kesehatan masyarakat. Namun, insiden keracunan makanan telah menimbulkan kekhawatiran atas kesiapan dapur, pemasok makanan, dan sistem pemantauan yang terlibat dalam peluncuran skala besar.
“Kita harus meningkatkan kualitas,” kata Dadan, menyerukan perbaikan sistemik dalam keamanan pangan saat program diperluas untuk menjangkau lebih banyak penerima manfaat.