Jurnalnetizen.com – Perdana Menteri Australia Anthony Albanese akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia minggu ini, menandai lawatan resmi pertamanya sejak menjabat untuk kedua kalinya. Kunjungan yang dijadwalkan pada 14-15 Mei tersebut ditujukan untuk mempererat hubungan bilateral kedua negara, khususnya di bidang ekonomi, keamanan, dan kerja sama regional.
Dalam pernyataan pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rolliansyah “Roy” Soemirat membenarkan bahwa kunjungan tersebut akan mencakup pembahasan antara Albanese dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Kedua pemimpin diharapkan untuk fokus pada peningkatan kerja sama di berbagai bidang seperti ketahanan pangan, energi, dan perdagangan, sekaligus membahas isu-isu regional dan global yang lebih luas.
“Kunjungan ini menyoroti kemitraan strategis yang kuat antara Australia dan Indonesia,” kata Roy. “Pertemuan Pemimpin Tahunan merupakan kesempatan untuk meningkatkan kerja sama kedua negara di bawah pemerintahan baru.”
Pada bulan Agustus 2024, saat masih menjabat sebagai menteri pertahanan menjelang pelantikannya sebagai presiden, Prabowo mengunjungi Canberra untuk menyelesaikan negosiasi yang meningkatkan kerja sama pertahanan Indonesia-Australia menjadi perjanjian tingkat perjanjian.
Perdana Menteri Australia, yang dilantik untuk masa jabatan kedua setelah kemenangan Partai Buruh dalam pemilihan umum baru-baru ini, menegaskan kembali pentingnya hubungan Indonesia-Australia. “Kami tidak memiliki hubungan yang lebih penting daripada Indonesia. Kami memiliki hubungan ekonomi yang penting dengan mereka. Mereka akan tumbuh menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia,” kata Albanese baru-baru ini.
Kemitraan Indonesia yang terus berkembang dengan Australia sangat penting karena negara Asia Tenggara tersebut berupaya untuk memperkuat hubungan dagangnya dengan mitra-mitra utama seperti Australia dan Uni Eropa, mengingat tantangan perdagangan dengan Amerika Serikat. Komponen utama dari strategi ini mencakup dorongan Indonesia untuk akses yang lebih besar ke Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), dengan harapan untuk memperluas hubungan dengan negara-negara Amerika Selatan, termasuk Meksiko.