Jurnalnetizen.com – Pemerintah terus maju dengan perluasan internasional sistem pembayaran kode QR nasionalnya meskipun pengawasan ketat dari Washington, yang menuduh negara itu membangun hambatan perdagangan melalui kebijakan pembayaran digitalnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta mengatakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sekarang dapat dioperasikan dengan sistem pembayaran di Singapura, Malaysia, dan Thailand, dengan kemitraan yang akan datang yang direncanakan dengan Jepang, India, Korea Selatan, Tiongkok, dan Arab Saudi.
“Penggunaan QRIS lintas batas terus tumbuh,” kata Filianingsih baru-baru ini. “Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk membangun ekosistem pembayaran digital yang lebih inklusif dan efisien.”
Diluncurkan pada tahun 2019, QRIS telah muncul sebagai landasan strategi keuangan digital Indonesia. Pada kuartal pertama tahun 2025, platform tersebut telah mencapai 56,3 juta pengguna dan memfasilitasi 2,6 miliar transaksi senilai Rp 262,1 triliun ($16,4 miliar). QRIS saat ini digunakan oleh 38,1 juta pedagang, sebagian besar adalah usaha kecil, tanpa persyaratan transaksi minimum dan biaya rendah atau tanpa biaya untuk pedagang mikro.
QRIS Tap, fitur baru yang menggunakan teknologi near-field communication (NFC), juga telah menarik perhatian sejak debutnya di bulan Maret, mencatat 42,9 juta transaksi dari 20,8 juta pengguna. Lebih dari 1,4 juta pedagang kini telah siap menerima QRIS Tap.
Namun, sistem tersebut menuai kritik dari pemerintah AS, yang berpendapat bahwa kebijakan QRIS dan National Payment Gateway (NPG) Indonesia merugikan perusahaan asing seperti Visa dan Mastercard. Keluhan tersebut merupakan bagian dari kekhawatiran perdagangan AS yang lebih luas yang telah menyebabkan Presiden Donald Trump mengenakan tarif hingga 32 persen pada barang-barang Indonesia, mulai bulan Juli ini.
Menteri Utama Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia tetap terbuka bagi pemain internasional. “QRIS dan NPG tidak dimaksudkan untuk mengecualikan operator asing,” kata Airlangga. “Visa dan Mastercard terus beroperasi secara bebas di sini. Kami menawarkan lapangan bermain yang setara.”
Ketua asosiasi ritel Budihardjo Iduansjah juga menepis tuduhan proteksionisme, dengan mengatakan QRIS hanya menawarkan pilihan lain bagi konsumen. “Kartu kredit dan sistem internasional masih digunakan di seluruh Indonesia. QRIS hanyalah alat tambahan untuk kenyamanan dan keamanan,” katanya.