Jurnalnetizen.com – Pemerintah Indonesia secara resmi meluncurkan pembangunan proyek manufaktur baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi senilai $5,9 miliar di Karawang, Jawa Barat, pada hari Minggu, menandai langkah besar menuju ambisinya untuk menjadi pusat EV di Asia Tenggara.
Pabrik baterai di Karawang akan diintegrasikan dengan lima fasilitas pendukung dan operasi hulu di Halmahera Timur, Maluku Utara, sejalan dengan strategi pemerintah untuk membangun rantai pasokan baterai EV yang terintegrasi sepenuhnya dari penambangan hingga manufaktur.
Proyek ini merupakan usaha patungan antara perusahaan pertambangan milik negara Indonesia Aneka Tambang (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan konsorsium yang dipimpin oleh Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) asal Tiongkok, bersama dengan Brunp Recycling dan Lygend Resources.
Inisiatif industri unggulan ini pertama kali diperjuangkan di bawah mantan Presiden Joko Widodo dan sekarang sedang dilanjutkan oleh Presiden Prabowo Subianto, yang memimpin upacara peletakan batu pertama.
“Dengan penuh rasa bangga, saya meresmikan pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terpadu ini, hasil kerja sama antara Antam, IBC, dan konsorsium CBL,” kata Presiden Prabowo dalam acara tersebut.
Prabowo didampingi oleh sejumlah pejabat senior, termasuk Menteri Energi Bahlil Lahadalia, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Perumahan Rakyat Maruar Sirait, bersama Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan para pemimpin pemerintah daerah. Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Wang Lutong juga hadir sebagai tamu kehormatan.
Fasilitas Karawang sedang dikembangkan di lahan seluas 3.000 hektar dan diharapkan dapat menciptakan hingga 8.000 lapangan kerja setelah beroperasi. Proyek ini juga akan mendorong pengembangan 18 proyek infrastruktur utama, termasuk pelabuhan serbaguna.
Pabrik ini dirancang dengan mempertimbangkan keberlanjutan, menggabungkan batu bara, pemulihan panas limbah, dan tenaga surya untuk mengurangi jejak lingkungannya.
Kapasitas produksi awal pabrik ditargetkan sebesar 6,9 gigawatt-jam (GWh) pada tahap pertama, dan ditingkatkan menjadi 15 GWh pada tahap kedua. Operasi komersial diharapkan akan dimulai pada akhir tahun 2026.
Penambangan dan Daur Ulang Nikel di Halmahera
Secara paralel, operasi hulu sedang berlangsung di Halmahera Timur, di mana Antam dan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) telah mendirikan perusahaan patungan bernama Feni Haltim. Perusahaan patungan ini akan mengembangkan kawasan industri energi baru, yang meliputi tambang nikel dan pabrik peleburan pirometalurgi dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 88.000 ton paduan nikel olahan mulai tahun 2027.
Selain itu, pabrik di Halmahera akan mencakup fasilitas untuk memproduksi bahan katode nikel-kobalt-mangan (NCM) dan pabrik daur ulang baterai, yang selanjutnya akan meningkatkan upaya Indonesia menuju ekonomi sirkular di sektor kendaraan listrik.