Jurnalnetizen.com – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pada hari Senin resmi memberangkatkan 202 tenaga kerja ke luar negeri melalui skema kerja sama pemerintah-ke-pemerintah (G-to-G), dengan rincian 191 tenaga kerja ke Korea Selatan dan 11 tenaga kerja ke Jerman.
Menurut Ahnas, Direktur Jenderal Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (KMI), mereka yang akan berangkat ke Korea Selatan akan bekerja di sektor manufaktur, perikanan, dan jasa, sementara yang akan berangkat ke Jerman akan bekerja sebagai perawat.
Proses persiapan penempatan di luar negeri dapat memakan waktu hingga dua tahun, yang meliputi pelatihan keterampilan teknis dan kursus bahasa intensif. “Kami memastikan mereka dibekali dengan kompetensi teknis dan bahasa yang diperlukan sebelum keberangkatan,” ujar Ahnas dalam acara pelepasan di Depok.
Kontrak kerja di Korea Selatan berlaku selama tiga tahun, dengan opsi perpanjangan hingga 22 bulan. Di Jerman, kontrak juga berlaku selama tiga tahun, tetapi dapat diperpanjang jika tenaga kerja mendapatkan pengakuan profesional. Hingga saat ini, setidaknya 270 perawat Indonesia telah diberangkatkan ke Jerman melalui skema kerja sama pemerintah-ke-pemerintah yang sama.
Prospek pendapatan menjadi daya tarik utama. Pekerja Indonesia di Korea Selatan mendapatkan gaji bulanan rata-rata Rp25 juta ($1.500), sementara mereka yang di Jerman menerima antara Rp40 juta hingga Rp50 juta ($2.400–$3.000).
Meskipun minat terhadap program ini tinggi, Ahnas mengingatkan bahwa kesiapan mental sangatlah penting. Ia mengenang 846 pekerja Indonesia di Korea Selatan mengundurkan diri sebelum waktunya tahun lalu karena tidak siap menghadapi tantangan bekerja di luar negeri. “Kalau belum siap, lebih baik mundur lebih awal, daripada berisiko mengubur impian orang lain karena kurangnya kesiapan kita,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa bekerja di luar negeri bukan hanya tentang mendapatkan gaji yang lebih tinggi, tetapi juga tentang mengemban tanggung jawab yang lebih besar, termasuk kemampuan beradaptasi dengan budaya, bahasa, dan lingkungan kerja baru.
Bagi Resti, seorang pekerja asal Jawa Tengah yang termasuk di antara mereka yang berangkat, momen itu sangat mengharukan. “Sangat mengharukan akhirnya mencapai tahap ini — pergi ke luar negeri untuk mengubah masa depan kita. Sulit menemukan pekerjaan yang layak di Indonesia,” ujarnya.