By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept

JN.

Situs berita dan opini dari netizen Indonesia yang akurat, independen & kredibel

  • HOME
  • Politik
  • Nasional
  • Internasional
  • Bisnis
  • Hukum
Search
  • About Us
  • Disclaimer
  • Terms of Service
  • Privacy Policy
  • Contact Us
© 2025 Jurnalnetizen.com Network. All Rights Reserved.
Reading: Kisah Soeharto Selamat dari Peristiwa G30S/PKI, Musibah Anak Tersiram Sup Panas Jadi Penyelamat
Share
Sign In
Notification Show More
Font ResizerAa
JN.JN.
Font ResizerAa
  • Politik
  • Nasional
  • Internasional
Search
  • Nasional
  • Politik
  • Hukum
  • Seleb
  • Internasional
  • Musik
  • Agama
  • Bisnis
  • Otomotif
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • About Us
  • Disclaimer
  • Terms of Service
  • Privacy Policy
  • Contact Us
© 2025 Jurnalnetizen.com Network. All Rights Reserved.
JN. > Nasional > Kisah Soeharto Selamat dari Peristiwa G30S/PKI, Musibah Anak Tersiram Sup Panas Jadi Penyelamat
Nasional

Kisah Soeharto Selamat dari Peristiwa G30S/PKI, Musibah Anak Tersiram Sup Panas Jadi Penyelamat

Netizen
Last updated: Oktober 1, 2025 7:43 am
Netizen
Share
14 Min Read
SHARE

Jurnalnetizen.com – Tak banyak yang tahu ada kisah Soeharto selamat dari peristiwa G30S/PKI tahun 1965 silam.

Siapa yang menyangka jika musibah yang dialami keluarga Soeharto menjadi penyelamat suami Ibu Tien tersebut.

Peristiwa G30S/PKI sudah 60 tahun berlalu sejak tanggal 30 September 1965 silam.

Sejarah mengenai peristiwa Gerakan 30 September (G30S) masih belum terungkap dan menyimpan banyak misteri.

Salah satunya latar belakang, siapa saja yang terlibat, dan dalang sebenarnya di balik peristiwa tersebut.

Ada yang meyakini bahwa Presiden Ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, punya peran dalam insiden 57 tahun lalu itu.

Dia diyakini sebagai orang yang berada di balik peristiwa G30S dan pembantaian ratusan ribu orang yang menyusulnya.

Sebab, meskipun Soeharto salah satu jenderal TNI saat itu, namun dia tidak diculik dan dibunuh oleh PKI seperti jenderal-jenderal lainnya.

Di sisi lain, beradam cerita kisah peristiwa G30S/PKI di Indonesia masih ramai menarik perhatian masyarakat.

Di antaranya kisah terbunuhnya para jenderal TNI AD dalam aksi G30S/PKI, yang juga mengungkap cerita bagaimana Presiden Soeharto selamat dari peristiwa mengerikan tersebut.

Kisah ini tertuang dalam buku otobiografi Ibu Tien Soeharto berjudul “Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia”.

Di sana dijelaskan, akibat musibah yang dialami Tommy Soeharto, Soeharto harus berjaga di rumah sakit, namun itu secara tidak langsung justru menyelamatkan Soeharto dari aksi penculikan.

Dikisahkan pula, ada seorang anak perempuan yang mengaku anak Soeharto, mendatangi rumah dan membawa racun tikus.

Ibu Tien meyakini anak itu adalah suruhan untuk menghabisi Soeharto dengan perintah memasukkan racun tikus ke dalam minuman atau makanan Soeharto.

Berikut adalah cuplikan kisah dalam buku tersebut:

Ibu Tien, istri Seoharto sengaja berkumpul di markas Persit untuk mendengarkan penjelasan dari Menteri/Panglima AD Achmad Yani.

“Pak Yani dalam pertemuan tersebut menjelaskan situasi politik pada waktu itu yang makin gawat,” kenangnya seperti terungkap dalam buku otobiografinya berjudul ‘Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia’.

“Selama saya menjadi istri prajurit, baru pertama kali itulah saya menerima uraian politik yang menyangkut nasib negara dan bangsa,” lanjutnya.

“Biasanya seorang istri prajurit itu tidak diberitahu hal-hal yang bersifat rahasia,” lanjut Ibu Tien.

Seusai mengikuti acara itu, Ibu Tien pulang ke rumahnya di Jalan H Agus Salim.

Melihat ibunya pulang, anak-anaknya meminta dibuatkan sup kaldu tulang sapi.

Ibu Tien lalu membuatkannya.

Namun, ketika dirinya sedang membawa panci berisi sup panas yang hendak ditaruh di ruang makan, tiba-tiba Hutomo Mandala Putra –Tommy Soeharto yang saat itu berusia empat tahun– menabrak tangan ibunya.

Akibatnya, sup itu tumpah dan mencelakai Tommy.

“Air sup tumpah dan mengguyur sekujur tubuhnya. Kulitnya terbakar dan melepuh-lepuh. Saya ingat pelajaran PPPK di Kostrad, kalau luka bakar obatnya leverstraan salf. Kebetulan ada persediaan di rumah. Maka obat itulah yang saya oleskan ke kulitnya,” kata Ibu Tien.

Setelah itu, Tommy dibawa ke RS Gatot Subroto untuk dirawat.

Soeharto sempat menjaga Tomy bersama Ibu Tien.

Sekitar pukul 00.00, Ibu Tien meminta Soeharto agar segera pulang ke rumah, karena pada waktu itu Mamiek, putri bungsu Soeharto sedang sendirian di rumah.

Apalagi ketika itu usia Mamiek baru satu tahun.

Pengakuan Ibu Tien itu diamini Soeharto.

Menurut Soeharto, tanggal 30 September 1965 kira-kira pukul 21.00 WIB, ia bersama istrinya sedang berada di Rumah Sakit Gatot Subroto, menengok Tommy yang masih berusia empat tahun.

“Kira-kira pukul 10 malam saya sempat menyaksikan Kol Latief berjalan di depan zal tempat Tomy dirawat. Kira-kira pukul 12 seperempat tengah malam saya disuruh oleh istri saya cepat pulang ke rumah di Jl H Agus Salim karena ingat Mamik, anak perempuan kami yang bungsu yang baru setahun umurnya. Saya pun meninggalkan Tommy, dan ibunya tetap menungguinya di RS,” kenang Soeharto.

SATU Oktober 1965

Suasana di Jl H Agus Salim, kediaman Soeharto masih terlihat sepi.

Tiba-tiba seorang pria bernama Hamid mengetuk rumah Soeharto yang kebetulan menjadi Ketua RT.

Hamid adalah seorang juru kamera. Ia mengaku baru saja mengambil gambar tembak-tembakan yang terjadi di sejumlah tempat.

Tak lama kemudian datang Mashuri SH, tetangga Soeharto.

Kepada Soeharto, Mashuri mengaku mendengar suara tembakan.

Soeharto pun mulai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi.

Di tengah tanda tanya itu, muncul Broto Kusmardjo.

Lelaki itu mengabarkan bahwa telah terjadi penculikan terhadap sejumlah jenderal.

Sekitar pukul 06.00 Letkol Soedjiman datang ke rumah Soeharto. Lelaki itu mengaku diutus Mayor Jenderal Umar Wirahadikusumah, Panglima Kodam V Jaya.

Kepada Soeharto, Soedjiman memberi tahu bahwa ada konsentrasi pasukan di sekitar Monas.

Mendengar cerita itu, Soeharto bergegas mengenakan pakaian loreng lengkap, bersenjata pistol, pet dan sepatu.

Sebelum berangkat ke markasnya, Soeharto berpesan kepada Soedjiman.

“Segera kembali saja lah dan laporkan kepada Pak Umar saya akan cepat datang ke Kostrad dan untuk sementara mengambil pimpinan Komando Angkatan Darat,” katanya.

Tak lama kemudian, Soeharto terlihat berjalan menuju Jeep Toyota, kendaraan dinasnya.

Tanpa seorang pengawal, Soeharto tancap gas menuju markas Kostrad di Jl Merdeka Timur.

Ketika itu, Soeharto melihat suasana di ibu kota berjalan seperti biasa.

Sepertinya tak ada tanda-tanda telah terjadi sesuatu. Lalu lalang manusia dan arus kendaraan terlihat seperti biasanya. Begitu juga becak-becak yang biasa mangkal di ujung kampung.

Radio Republik Indonesia (RRI) juga terlambat menyiarkan tragedi pekat nan menyayat hati seluruh rakyat Indonesia.

Padahal, biasanya RRI sudah mengudara pukul 07.00 pagi. Herannya, hingga pukul 07.00 pagi RRI tak juga bercuap-cuap.

Aneh…!

Begitu juga ketika Soeharto memasuki markasnya, tak ada tanda-tanda bahwa telah terjadi aksi penculikan dan pembunuhan secara keji.

Justru, Soeharto hanya mendapatkan laporan dari petugas piket yang mengatakan bahwa orang terpenting Bung Karno tidak jadi ke Istana, tetapi langsung ke Halim. Di Istana Presiden juga terlihat melompong.

Soekarno ketika itu sedang tidak ada di tempat. Padahal, Jumat 30 September Bung Karno sempat tampil di depan peserta Munas Tehnik di Istora Senayan.

Setelah itu Bung Karno tak kembali ke Istana, melainkan memilih tinggal di Wisma Yaso.

***

1 OKTOBER 1965

Mayor Jenderal TNI Soeharto tampak serius di depan radio yang ada di markas Kostrad.

“Pada hari Kamis tangal 30 September 1965 di Ibu Kota Republik Indonesia Jakarta telah terjadi gerakan militer dalam Angkatan Darat dengan dibantu oleh pasukan-pasukan dari angkatan lainnya. Gerakan 30 September yang dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung…” begitu suara radio yang terdengar.

Mendengar nama Letkol Untung disebut, Soeharto sontak terkejut bukan kepalang.

“Saya mendengarkan siaran RRI pertama mengenai Gerakan 30 September. Deg, saya segera mendapat firasat. Lagi pula saya tahu siapa itu Letkol Untung. Saya ingat, dia seorang yang dekat, rapat dengan PKI. Malahan pernah jadi anak didik tokoh PKI Alimin,” tutur Soeharto.

Menjelang tengah hari, Soeharto bertemu dengan Marsekal Muda Leo Watimena yang sengaja datang ke Kostrad untuk meminta penjelasan.

Kepada Leo, Soeharto bercerita bahwa ia mengenal Untung sejak lama ketika menjadi salah satu Komandan Resimen 15 di Solo. Saat itu Untung menjadi salah satu Komandan Kompi Batalion 444.

“Gerakan 30 September yang dipimpin Untung bukan sekedar gerakan yang akan menghadapi Angkatan Darat (AD) dengan alasan untuk menyelamatkan Presiden Soekarno. Gerakan untung mempunyai tujuan lebih jauh, ingin menguasai negara secara paksa atau kup,” kata Soeharto.

Sebelumnya Soeharto juga sempat mengadakan rapat khusus bersama asisten-asistennya, beberapa jam setelah ia mendengar peristiwa itu dari RRI.

“Menghadapi kejadian ini, kita tidak hanya sekedar mencari keadilan, karena jenderal-jenderal kita telah diculik dan sebagian dibunuh, akan tetapi sebagai prajurit Sapta Marga, kita merasa terpanggil untuk menghadapi masalah ini karena yang terancam adalah negara dan Pancasila. Saya memutuskan untuk melawan mereka,” jelas Soeharto.

Karena itu, Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo untuk segera bertindak, merebut kembali RRI dan pusat Telkom yang telah dikuasai pemberontak.

Setelah itu, ia menghubungi para panglima angkatan dan Polri. Melalui radiogram, Soeharto mengeluarkan perintah harian kepada para Pangdam di daerah agar menguasai daerahnya masing-masing, memberikan laporan secara teratur dan gerakan pasukannya hanya atas perintah Panglima Kostrad.

***

Ibu Tien masih menjaga anak kesayangannya Tommy di RSPAD. Sementara suasana di RSPAD terlihat agak berbeda dari hari biasanya.

Tak lama kemudian Ibu Tien baru mengetahui kalau semalam telah terjadi penculikan terhadap jenderal-jenderal yang dilakukan pasukan Cakrabirawa.

“Mendengar berita ini saya jadi gelisah dan ingin pulang ke rumah dengan segera. Saya pamit pada dokter kepala rumah sakit, tapi beliau berkeberatan jika tidak ada izin dari Pak Harto. Saya bilang tidak usah menunggu perintah. Pokoknya saya mau pulang,” kenang Ibu Tien.

Hingga 1 Oktober sore, Soeharto belum memberikan kabar kepada istrinya apa yang sesungguhnya terjadi di Jakarta. Sementara detik demi detik, pikiran Ibu Tien semakin gelisah.

“Maka saya nekat saja untuk pulang karena saya gelisah dan tidak betah lebih lama di rumah sakit. Saya pikir, nanti kalau terjadi hal-hal yang lebih gawat anak-anak di rumah, saya di RS, nanti saya tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya.

Hari itu juga, Ibu Tien membawa Tommy pulang ke rumahnya diantar Probosutedjo dan ajudan Soeharto bernama Wahyudi.

Mengatisipasi keselamatan istri Pangkostrad, Probosutedjo meminta izin kepada Bu Tien untuk membawa senjata.

“Saya minta permisi pada ibu apakah boleh senjata-senjata yang ada di rumah, kita bagi pada Ibnu Hardjanto dan Ibnu Hardjojo. Ibu setuju. Saya sendiri pegang dua jenis senjata,” kenang Probosutedjo.

Sesampainya di rumah, Bu Tien tak melihat suami tercintanya. Kabarnya, Soeharto masih berada di markas Kostrad.

Sementara Soeharto sendiri hanya memberikan amanat untuk disampaikan kepada istrinya, agar segera mengungsikan anak-anaknya ke rumah ajudannya di Kebayoran Baru.

Mendapat amanat itu, Bu Tien semakin penasaran. Ia tanya kepada ajudan senior Pangkostrad Bob Sudijo yang ikut mempersiapkan pengungsian.

“Ini rahasia Bu,” jawab Bob.

Karena Bob dianggap tidak mau terbuka, Probosutedjo sempat ngamuk.

“Bob kamu jangan begitu. Kalau terjadi apa-apa pada Bapak yang akan menderita dan kehilangan adalah istrinya dan semua keluarga termasuk saya,” jelas Probo.

Akhirnya Bob buka kartu bahwa Soeharto saat ini berada di markas Kostrad. Setelah itu, keluarga Soeharto boyongan ke Kebayoran Baru.

Sedangkan Probosutedjo tidak ikut. Selama sehari semalam berada di rumah ajudannya, Ibu Tien mendadak mendapat kabar yang mengelisahkan hatinya.

“Waktu saya di pengungsian, tiba berita dan diberitahukan kepada saya bahwa ada seorang anak perempuan sedang mencari ayahnya yang bernama Soeharto. Ia sedang menunggu di rumah Chaerul Saleh,” tuturnya.

Seketika itu juga Bu Tien angkat kaki menuju ke rumah Chaerul Saleh. Mengenakan jaket tentara dan dikawal ajudannya, ia berangkat dari Kebayoran Baru menuju ke Jalan Teuku Umar.

Sesampainya di sana, Ibu Tien mendapati seorang anak perempuan yang sedang ditemani seorang anggota AURI.

“Saya lalu membawanya pergi. Tiba di rumah, saya interview. Dari jawaban-jawabannya sama sekali tidak cocok. Raut wajahnya saja tidak mirip sedikitpun dengan Pak Harto. Saya jadi yakin anak ini bukan anak Pak Harto,” jelas Ibu Tien.

Meski begitu, Ibu Tien masih tetap penasaran. Diam-diam ia membuka sebuah tas koper yang dibawa anak perempuan itu. Isinya hanya sebuah gitar dan sebungkus bubuk yang kelihatannya seperti bubuk pembasmi tikus.

Selanjutnya, Ibu Tien meminta perempuan itu agar beristirahat di sebuah kamar yang kemudian pintunya dikunci dari luar.

“Setelah itu saya pergi ke Kostrad untuk menemui Pak Harto, melaporkan hal ikhwal anak perempuan itu. Bapak bilang agar dibawa ke Kostrad saja. Keesokan harinya ketika pintu kamarnya dibuka, kamar sudah kosong. Anak itu telah menghilang. Rupanya dia melarikan diri turun melalui jendela menggunakan stagen,” tutur Ibu Tien.

Ibu Tien menafsirkan, anak perempuan itu sengaja dipasang untuk melenyapkan Panglima Kostrad dengan menggunakan racun tikus yang dibawanya.

“Sejak itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan anak itu, tidak ada pula kabar beritanya,” kata Ibu Tien.

TAGGED:G30S PKIIbu TienSoeharto
SOURCES:tribunnews.com

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook Copy Link Print
Share
Previous Article Viral! Guru PAUD Wellington Deli Serdang Bully Sejumlah Murid: Makin Nangis Semakin Senang Kami
Next Article Sosok Erlin Suastini, Kepala BPMI Setpres Biang Kerok Pencabutan ID Pers Wartawan CNN, Orang Dekat Jokowi?
Leave a Comment Leave a Comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular News

Istri Ridwan Kamil Gemas pada Pengelola Ponpes Al Khoziny, Orangtua Santri: Ini Musibah dari Allah
Nasional
Oktober 7, 2025
Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh ke China Jadi Bom Waktu, Purbaya Ogah Bayarkan Pakai Duit APBN
Bisnis Nasional
Oktober 11, 2025
Mbah Tarman yang Nikahi Wanita Muda dengan Cek Rp3 M, Ternyata Eks Napi Kasus Penipuan Rp20 Triliun
Nasional
Oktober 12, 2025
Temuan Janggal Roy Suryo & Dokter Tifa di Makam Keluarga Jokowi, Sosok Ibu & Bapak Dicurigai
Politik
Oktober 9, 2025
Sosok Cindy Istri Gilang Kurniawan, Pengantin Baru Tewas saat Bulan Madu di Lakeside Glamping Alahan Panjang
Nasional
Oktober 12, 2025
Heboh Video Ari Lasso Bentak Pacarnya, Disebut Red Flag oleh Netizen, Kini Gercep Minta Maaf
Seleb
Oktober 9, 2025
Demokrat: Kapolri Lebih Dulu Tidak Memberi Hormat kepada Pak SBY
Nasional Politik
Oktober 9, 2025
Kasus Langka, RSUD Arifin Achmad Sukses Operasi Pembuatan Liang Vagina pada Wanita 21 Tahun
Kesehatan Nasional
Oktober 10, 2025
Viral Demo Pakai BH dan Celana Dalam, Emak-emak Pendukung Jokowi: Biar Dapat Perhatian
Politik
Oktober 10, 2025
Bjorka Klaim Belum Ditangkap Polisi, Kini Bocorkan 341 Ribu Data Personel Polri
Nasional
Oktober 7, 2025
Bukannya Tetapkan Status Buron, Kejagung Malah Memohon ke Pengacara Silfester
Hukum Nasional
Oktober 12, 2025
Pengamat Baca Motif Jokowi Temui Prabowo Terkait Ijazah Gibran, Pemanggilan Mendikti Jadi Kunci
Politik
Oktober 8, 2025
Luhut Tegur Purbaya Soal Anggaran MBG, Rocky Gerung Sebut Prabowo Pusing Hadapi Keretakan Kabinet
Politik
Oktober 6, 2025
Siapa Diana Murni Payapo? Pendukung Jokowi Ajak Demo Pakai BH dan Celana Dalam
Nasional Politik
Oktober 11, 2025
Korupsi Jokowi (OCCRP) Harus Dituntaskan KPK
Politik
Oktober 6, 2025
Sosok Sisilia Hendriani, Mahasiswi di Riau Peras Pengusaha Sawit dengan Modus VCS: Raup Rp1,6 Miliar
Nasional
Oktober 12, 2025
Wajah Tegang Bahlil hingga Colek Rosan Saat Prabowo Ungkap Kerugian Tambang Ilegal Rp300 Triliun
Nasional Politik
Oktober 8, 2025
Penampilan Gibran Boleh Mirip Bung Hatta, tapi Mustahil Isi Kepala
Politik
Oktober 8, 2025
Dina Oktaviani Karyawan Alfamart Dibunuh Atasannya Heryanto, Pelaku Setubuhi Korban
Nasional
Oktober 10, 2025
Balik Nama Kendaraan Bekas Resmi Rp 0, Jangan Ditunda ya, Begini Aturannya
Nasional
Oktober 9, 2025
Sosok Mr J PSI Kalah Tenar dari Purbaya
Politik
Oktober 12, 2025
Telusuri Dugaan Aliran Uang Tambang Ilegal, PPATK Didesak Audit Rekening Jaksa Agung ST Burhanuddin
Nasional
Oktober 7, 2025
© 2025 Jurnalnetizen.com Network. All Rights Reserved.
  • About Us
  • Disclaimer
  • Terms of Service
  • Privacy Policy
  • Contact Us
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?