Jurnalnetizen.com – Menteri Luar Negeri Sugiono menegaskan komitmen Indonesia untuk mendorong penyelesaian krisis Myanmar secara damai.
Hal itu disampaikannya dalam Konsultasi Informal Lanjutan tentang Implementasi Konsensus Lima Poin yang diselenggarakan sebagai bagian dari KTT ASEAN ke-46 pada Sabtu (24/5), di Kuala Lumpur Convention Center, Malaysia.
“Indonesia tetap berkomitmen untuk mendorong penyelesaian damai di Myanmar. Stabilitas kawasan hanya dapat tercapai jika ASEAN bersatu dan bertindak berdasarkan prinsip konsensus dan solidaritas,” ujarnya dalam pernyataan tertulis, Minggu.
Ia kemudian menegaskan kembali pentingnya implementasi penuh Konsensus Lima Poin ASEAN (5PC)—kesepakatan pascakudeta militer Myanmar pada 2021—dengan berfokus pada penghentian kekerasan, perluasan bantuan kemanusiaan, dan memastikan dialog inklusif yang melibatkan semua pemangku kepentingan di Myanmar.
Sugiono juga menyampaikan dukungannya terhadap berbagai inisiatif yang diambil Malaysia, sebagai Ketua ASEAN tahun ini, dalam memfasilitasi proses penyelesaian konflik internal di Myanmar, serta kesiapan Indonesia untuk terus berkontribusi dalam pemulihan demokrasi dan stabilitas di Myanmar.
“Kekuatan ASEAN adalah persatuannya. Dalam menghadapi krisis Myanmar, kita harus berbicara dengan satu suara dan bertindak dengan satu tujuan untuk mendorong implementasi penuh 5PC,” tegasnya.
Konsultasi Informal Lanjutan tentang Implementasi Konsensus Lima Poin merupakan forum informal yang mempertemukan para Menteri Luar Negeri ASEAN dan Utusan Khusus untuk Myanmar.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas perkembangan di Myanmar dan mendorong implementasi Konsensus Lima Poin yang lebih efektif.
Perang saudara di Myanmar telah berlangsung sejak 2021, ketika militer mengatur kudeta terhadap pemerintah demokratis yang sah dan menangkap Aung San Suu Kyi.
Kudeta militer mendorong warga sipil di Myanmar untuk bergabung dengan kelompok gerilya bersenjata untuk melawan militer dan menggulingkan pemerintahan junta militer.
Beberapa kelompok etnis di Myanmar juga memerangi militer untuk mendapatkan kemerdekaan dari negara tersebut.