Jurnalnetizen.com – Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir telah mengeluarkan peringatan keras terhadap favoritisme dalam pembentukan tim pencari bakat nasional yang baru, dengan mengatakan ia akan membubarkan tim tersebut jika ada pemain yang dipilih berdasarkan koneksi pribadi daripada prestasi.
“Jika saya menemukan ada pemain yang dimasukkan ke dalam tim melalui jalur belakang, saya akan membubarkan tim pencari bakat,” kata Erick pada hari Jumat saat pengundian Kejuaraan AFF U-23 di Jimbaran, Bali.
Erick, yang juga menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara, menambahkan bahwa ia akan mencopot Simon Tahamata, pemain sepak bola veteran Belanda-Indonesia yang ditunjuk untuk memimpin inisiatif pencarian bakat, jika praktik semacam itu ditemukan.
“Saya akan memecat pelatih. Anda tidak dapat membangun tim nasional melalui favoritisme,” tegasnya.
Sistem pencarian bakat yang baru merupakan bagian dari upaya PSSI yang lebih luas untuk memprofesionalkan pengembangan bakat dan memastikan regenerasi pemain yang berkelanjutan untuk tim nasional. Erick mengatakan ia telah bertemu dengan Tahamata untuk mereformasi proses pencarian bakat dan memastikannya berbasis prestasi dan inklusif.
“Saya sudah bicara dengan Simon. Prioritas pertama adalah bicara dengan pelatih tim senior serta pelatih U-23, U-20, dan U-17 untuk memetakan talenta kita dan mengamankan masa depan skuad nasional kita,” katanya.
Berdasarkan rencana tersebut, PSSI akan membentuk tim pencari bakat di tiga zona regional: Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. Setiap unit regional akan melapor setiap bulan kepada Tahamata dan pimpinan PSSI tentang pemain lokal yang menjanjikan.
Selain pencari bakat lokal, Erick mengungkapkan rencana untuk memanfaatkan talenta diaspora Indonesia, khususnya yang berbasis di Eropa dan Amerika Serikat.
Ia menyebut Adrian Wibowo, yang bermain untuk Los Angeles FC di Major League Soccer, sebagai calon tambahan untuk tim nasional. “Saya belum tahu apakah Adrian Wibowo ingin mewakili Merah Putih. Tapi kami akan menghubungi dan mencari tahu. Kami sedang membangun tim pencari bakat papan atas,” katanya.
Erick juga menyoroti dua pemain putri Indonesia di AS, Sydney Hopper dan Katarina Stalin, sebagai contoh potensi yang belum dimanfaatkan di kalangan warga Indonesia di luar negeri.
Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Erick untuk merombak sepak bola Indonesia dan mempersiapkan tim nasional untuk daya saing internasional yang lebih besar.