Jurnalnetizen.com – Sebagai salah satu destinasi pendakian paling populer di Indonesia, Gunung Rinjani menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara dengan pemandangannya yang memukau. Namun di balik keindahannya, Rinjani juga merupakan gunung yang berbahaya, terutama bagi pendaki yang kurang persiapan.
Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa kecelakaan tragis terjadi di gunung tersebut. Kasus terbaru melibatkan seorang pendaki asal Brasil berusia 27 tahun, yang diidentifikasi sebagai JDSP. Ia ditemukan tewas setelah jatuh ke jurang sedalam 600 meter. Tim SAR (Search and Rescue) menemukan jasadnya pada Selasa, 24 Juni, setelah berhari-hari melakukan pencarian di tengah kondisi cuaca yang sulit.
Proses evakuasi tidaklah mudah. Tujuh petugas penyelamat bermalam di lokasi. Tiga di antaranya menunggu di titik jangkar sepanjang 400 meter, sementara empat lainnya mencapai dasar jurang untuk mempersiapkan jenazah untuk dievakuasi. Karena cuaca buruk dan jarak pandang yang rendah, evakuasi ditunda hingga keesokan paginya.
Meninggalnya JDSP bukanlah satu-satunya tragedi di Rinjani. Pada tanggal 3 Mei, seorang turis Malaysia bernama Rennie Bin Abdul Ghani, 57 tahun, meninggal setelah terjatuh dari tebing setinggi 100 meter di jalur Torean. Daerah ini dikenal sangat curam dan berbahaya. Jasadnya ditemukan keesokan harinya dengan bantuan drone dan peralatan tali.
Pendaki Malaysia lainnya, Mohd Hafidz, 38 tahun, mengalami luka parah setelah terjatuh di jalur Sembalun saat mencoba menghindari porter. Ia mengalami luka serius di leher, punggung, dan kaki serta harus dibawa ke rumah sakit.
Tahun lalu, seorang pendaki berusia 16 tahun asal Jakarta, Kaifat Rafi Mubarrok, juga meninggal setelah terjatuh dari tebing di Plawangan Sembalun. Jasadnya ditemukan delapan hari kemudian, 200 meter di bawah.
Pada Oktober 2024, seorang wanita Rusia bernama Rusmordovina Alexandra, 44 tahun, terluka saat melakukan pendakian ilegal tanpa registrasi. Ia mengalami patah tulang dan cedera kepala. Tim penyelamat menyelamatkannya setelah lima jam. Lima hari kemudian, seorang turis Irlandia, Farrel Paul, 31 tahun, juga terjatuh sekitar 200 meter di area yang sama.
Kecelakaan ini menunjukkan bahwa Rinjani bukanlah gunung yang bisa dianggap enteng. Jalur pendakiannya bisa curam, licin, dan berbahaya. Kondisi cuaca dapat berubah dengan cepat. Dan tanpa persiapan yang cukup, pendaki berpengalaman sekalipun dapat menghadapi bahaya serius.