Jurnalnetizen.com – Perluasan ambisius sistem Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta akan membutuhkan setidaknya Rp50 triliun (sekitar $3 miliar), menurut operator PT MRT Jakarta.
Fase baru ini akan memperkenalkan jalur timur-barat sepanjang 24,5 kilometer dari Medan Satria di Jakarta Timur hingga Tomang di Jakarta Barat. Rute ini akan memiliki 21 stasiun dan sebuah depo kereta, ujar Weni Maulina, Direktur Konstruksi MRT Jakarta, dalam jumpa pers pada hari Kamis.
Tender internasional terbuka dijadwalkan akan diluncurkan pada bulan Oktober atau November, kata Weni, dengan pendanaan yang diperoleh dari para pemberi pinjaman Jepang.
“Perusahaan Jepang kemungkinan akan berpartisipasi, tetapi mereka harus bermitra dengan kontraktor lokal Indonesia,” tambahnya.
Proses lelang diperkirakan akan selesai dalam setahun, membuka jalan bagi upacara peletakan batu pertama pada tahun 2026, yang dimulai di dekat wilayah Kwitang. Pekerjaan persiapan sudah berlangsung, termasuk pembebasan lahan, relokasi utilitas, dan berbagai upaya pengembangan tahap awal lainnya.
Sementara itu, perpanjangan jalur MRT arah utara yang menghubungkan Bundaran Hotel Indonesia dengan Kota kini telah rampung separuhnya. Segmen sepanjang 6 kilometer ini, yang dianggarkan sebesar Rp12 triliun ($739 juta), dijadwalkan selesai pada tahun 2029.
MRT Jakarta mengklaim jalur yang ada telah meningkatkan mobilitas perkotaan dan kondisi lingkungan di ibu kota secara signifikan.
“Indeks kemacetan lalu lintas Jakarta sekarang lebih rendah daripada Bandung,” kata Mega Tarigan, Direktur Operasi, mengutip riset independen.
Menurut Mega, sistem MRT membantu mencegah kerusakan lingkungan senilai Rp 2,2 triliun dan menghemat waktu tempuh Rp 1,9 triliun di wilayah-wilayah terpadat di kota tersebut.