Jurnalnetizen.com – Ooredoo Hutchison (IOH) menyelenggarakan “Hari AI Indonesia untuk Industri Pertambangan 2025” pada hari Kamis, yang mempertemukan para pemimpin industri, regulator, dan mitra teknologi untuk mengeksplorasi masa depan kecerdasan buatan (AI) dalam mengubah sektor pertambangan Indonesia.
Acara yang bertema “Menavigasi Masa Depan Industri Pertambangan Indonesia” ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana AI dapat meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan pertumbuhan ekonomi di salah satu industri utama negara ini.
“Mengingat dinamika dan ketidakpastian geopolitik, ini adalah momen penting bagi Indonesia. Negara ini diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah, mineral yang dicari dunia, dan dengan AI, kita dapat tampil lebih baik,” kata Vikram Sinha, Presiden Direktur & CEO Indosat Ooredoo Hutchison di Kempinski Grand Ballroom di Jakarta.
Sinha mengatakan AI dapat memberikan manfaat strategis bagi industri pertambangan, meningkatkan efisiensi di seluruh rantai nilai. Dengan mengintegrasikan AI, perusahaan pertambangan dapat meningkatkan operasi, mengurangi biaya, dan memastikan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) terpenuhi, sekaligus tetap kompetitif di pasar global. “Hari ini, kami menunjukkannya dengan mitra ekosistem kami, seperti Huawei, Accenture, McKinsey, dan Lintasarta,” tambahnya.
Sektor pertambangan saat ini menyumbang sekitar 10,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sinha meyakini bahwa dengan kebijakan, investasi, dan kolaborasi yang tepat, AI dapat meningkatkan kontribusi sektor tersebut hingga 17 persen, yang setara dengan tambahan output ekonomi sebesar $300 miliar. “Jika kita berkolaborasi dan menggunakan AI sebagai akselerator, dengan desain dan mitra ekosistem yang tepat, kita dapat mencapai kontribusi 17 persen terhadap PDB,” ungkapnya.
Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menyampaikan apresiasinya atas acara tersebut sebagai inisiatif utama dari sektor swasta untuk mendukung transformasi industri nasional. Ia mengatakan adopsi AI di industri sumber daya Indonesia, khususnya pertambangan, dapat mendorong daya saing, keberlanjutan, dan inklusivitas yang lebih besar.
“AI tidak lagi opsional; ia harus diimplementasikan. Ia secara signifikan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing, yang sangat penting bagi posisi Indonesia di pasar global,” katanya.
Lebih lanjut Roeslani menegaskan bahwa sektor pertambangan merupakan penyumbang investasi nasional yang signifikan, yang diproyeksikan mencapai Rp 1,905 triliun tahun ini. Dengan AI, ia yakin Indonesia dapat semakin memperkuat kontribusi tersebut.
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menjabarkan upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri AI. Pemerintah tengah menyiapkan regulasi baru untuk tata kelola AI, dengan menggunakan kerangka 3P (policy, people, dan platform) untuk memastikan pengembangan AI yang komprehensif di Indonesia.
“Kami bekerja secara intensif dengan para pemangku kepentingan, termasuk pelaku industri, akademisi, dan komunitas pengembangan AI, untuk membuat program AI nasional,” kata Nezar.
Acara ini juga menjadi ajang untuk mengeksplorasi potensi AI dalam memodernisasi sektor pertambangan, dengan penekanan pada upaya kolaboratif untuk menciptakan ekosistem digital yang tangguh bagi industri tersebut.
Dengan teknologi AI dan Internet of Things (IoT) yang ditetapkan untuk membentuk kembali sektor ini, Indosat bertujuan untuk memperkuat sinergi lintas industri untuk membangun industri pertambangan yang lebih cerdas, lebih kompetitif, dan inklusif yang siap untuk kesuksesan masa depan di panggung global.