Jurnalnetizen.com – Dana kekayaan negara Indonesia (Danantara) telah berjanji untuk membantu menyelesaikan masalah yang semakin besar di jalur kereta cepat pertama di negara ini, layanan Jakarta-Bandung yang dikenal sebagai Whoosh, yang telah menjadi lambang ambisi sekaligus kemewahan.
Dony Oskaria, kepala operasi Danantara, mengatakan pada hari Jumat bahwa dana tersebut telah menjadikan proyek tersebut sebagai salah satu prioritas utama. “Tentu saja, kami akan menyelesaikan proses ini,” ujarnya kepada wartawan di sebuah acara publik di Jakarta.
Pembahasan sudah berlangsung dengan Kereta Api Indonesia (KAI), operator kereta api negara dan pemegang saham terbesar di Kereta Cepat Indonesia–China (KCIC), perusahaan patungan yang mengelola proyek tersebut.
Direktur Utama KAI yang baru, Bobby Rasyidin, menyebut kereta cepat tersebut sebagai “bom waktu” potensial karena beban keuangan yang ditimbulkannya pada perusahaannya. KAI, melalui konsorsium milik negara, memegang saham mayoritas di KCIC dan oleh karena itu menanggung beban kerugiannya. Pada semester pertama tahun 2025, KAI membukukan kerugian sebesar Rp1,24 triliun ($75 juta) yang terkait dengan jalur tersebut, membaik dari Rp1,81 triliun pada periode yang sama tahun lalu, tetapi masih merupakan beban yang berat.
Jalur Whoosh telah mengubah perjalanan antara Jakarta dan Bandung. Perjalanan sepanjang 142 kilometer kini hanya membutuhkan waktu 45 menit, dibandingkan dengan perjalanan mobil yang membutuhkan waktu hingga tiga jam. Antara Januari dan Juni tahun ini, layanan ini mengangkut 2,9 juta penumpang, naik 10 persen dari tahun sebelumnya.
Kereta ini dipuji dalam pembicaraan bilateral antara Prabowo dan Xi Jinping di Beijing November lalu. Namun, proyek ini justru menjadi beban utang.
Proyek senilai $7,3 miliar ini dibiayai 75 persen melalui pinjaman dari Bank Pembangunan Tiongkok. Pinjaman awal ini memiliki suku bunga tahunan yang relatif rendah, yaitu 2 persen. Namun, setelah gangguan pandemi dan sengketa pembebasan lahan memicu pembengkakan biaya sebesar $1,2 miliar, Indonesia terpaksa menerima pembiayaan tambahan sebesar 3,4 persen.
KCIC terstruktur sebagai perusahaan patungan antara badan usaha milik negara Indonesia dan Tiongkok. Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) menguasai 60 persen saham, terbagi antara KAI (58,5 persen), perusahaan konstruksi Wijaya Karya (33,4 persen), operator jalan tol Jasa Marga (7,1 persen), dan grup perkebunan Perkebunan Nusantara VIII (1 persen). Sisanya, 40 persen, dimiliki oleh Beijing Yawan HSR, sebuah konsorsium Tiongkok yang dipimpin oleh China Railway International. Para pemegang saham bertanggung jawab menanggung 25 persen biaya konstruksi, sementara sisanya berasal dari pinjaman Tiongkok.
Kerugian di seluruh PSBI mencapai Rp 4,2 triliun pada tahun 2024, dengan KAI menyerap lebih dari setengahnya. Bobby menyampaikan kepada anggota DPR minggu ini bahwa tinjauan terperinci atas keuangan KCIC sedang berlangsung, dengan Danantara diharapkan mengambil peran sentral dalam setiap restrukturisasi utang.
Layanan Whoosh, yang diresmikan pada Oktober 2023 sebagai kereta cepat pertama di Asia Tenggara, dimaksudkan sebagai contoh lompatan infrastruktur Indonesia dan simbol pendalaman hubungan dengan Beijing. Presiden Joko Widodo mencanangkannya sebagai tonggak sejarah nasional, dan penggantinya, Prabowo Subianto, bersemangat untuk memperpanjang jalur tersebut ke arah timur hingga Surabaya. Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur, mengonfirmasi minggu lalu bahwa landasan hukum untuk perluasan sudah berjalan.