Jurnalnetizen.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini menyusul peningkatan curah hujan yang signifikan di berbagai wilayah sejak awal Agustus. Cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang diperkirakan akan kembali terjadi dalam beberapa hari mendatang.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa curah hujan dengan intensitas tinggi telah terjadi di beberapa provinsi.
Di Bengkulu, curah hujan mencapai 160,8 mm/hari pada 1 Agustus, Maluku mencatat 203,5 mm/hari pada 3 Agustus; Sumatera Barat 176,5 mm/hari pada 8 Agustus; dan Jawa Barat 254,7 mm/hari pada 9 Agustus. Hujan deras juga melanda Kalimantan Barat, Jakarta, Papua Tengah, Banten, Kepulauan Riau, Jambi, Papua Barat Daya, dan Sulawesi Tenggara.
Peningkatan curah hujan ini didorong oleh kombinasi fenomena atmosfer seperti Osilasi Madden-Julian (MJO), gelombang atmosfer, pengaruh tidak langsung bibit siklon tropis 90S dan 96W, sirkulasi siklon, serta konvergensi dan perlambatan angin di sekitar Indonesia, ujar Guswanto dalam keterangan resmi, Selasa.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa indeks Indian Ocean Dipole (IOD) negatif juga berperan, yang mengindikasikan adanya aliran udara dari Samudra Hindia menuju Indonesia. Faktor-faktor ini memicu pembentukan awan hujan tebal, yang berpotensi menyebabkan hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang.
Hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang diperkirakan terjadi pada 11-13 Agustus, di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sementara itu, pada 14-16 Agustus, intensitas curah hujan diperkirakan menurun, meskipun Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Pegunungan Papua masih berpotensi mengalami hujan lebat.
Angin kencang berpotensi terjadi di Aceh, Banten, Jawa Barat, Bali, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan, yang juga berisiko memicu gelombang laut tinggi.
BMKG juga memperingatkan dampak cuaca ekstrem terhadap sektor pertanian, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan, yang dapat mengganggu masa tanam dan panen. Petani diimbau untuk menghindari daerah dataran rendah yang rawan banjir dan memperkuat sistem irigasi dan drainase. Di sisi lain, wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang relatif kering dianggap cocok untuk pengeringan tanaman.
Kegiatan pariwisata di daerah pegunungan, air terjun, dan pesisir selatan Jawa dan Bali juga perlu diwaspadai. Hujan deras, kabut tebal, gelombang tinggi, dan angin kencang dapat membahayakan wisatawan; oleh karena itu, aktivitas laut seperti snorkeling dan berselancar disarankan untuk ditunda. Bagi pengguna transportasi darat, BMKG memperingatkan adanya risiko jalan licin dan tanah longsor di daerah pegunungan.