Jurnalnetizen.com – Presiden Prabowo Subianto tiba di Brussels pada hari Sabtu untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan para pemimpin Uni Eropa, termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, seiring upaya Indonesia untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan penting yang bertujuan menghapus tarif ekspornya ke blok tersebut.
Kunjungan ini menyusul negosiasi yang terhenti dengan Amerika Serikat, di mana Indonesia menghadapi “tarif timbal balik” sebesar 32 persen yang diberlakukan oleh mantan Presiden Donald Trump.
Prabowo didampingi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto — yang memimpin negosiasi AS sebelumnya — bersama dengan Menteri Investasi Rosan Roeslani, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, dan Menteri Perdagangan Budi Santoso.
Airlangga mengatakan kunjungan ke Brussels difokuskan pada penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) Indonesia-Uni Eropa yang telah lama tertunda, yang telah dinegosiasikan selama sembilan tahun dan sekarang berada pada tahap ratifikasi.
“Perjanjian ini menandai tonggak baru di tengah ketidakpastian hubungan ekonomi Indonesia-Uni Eropa,” kata Airlangga dalam pernyataan video yang disiarkan Minggu melalui kanal YouTube Sekretariat Negara.
Setelah diratifikasi, CEPA akan menghapus tarif pada sebagian besar perdagangan bilateral. “Barang-barang Indonesia akan memasuki pasar Eropa dengan tarif nol persen,” ujar Airlangga, seraya menambahkan bahwa penandatanganan resmi dijadwalkan pada kuartal ketiga tahun 2025 di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa kesepakatan ini muncul seiring dengan pergeseran dinamika ekonomi dan geopolitik global: “Indonesia siap menjadi mitra strategis Uni Eropa seiring kemajuan kita menuju keanggotaan OECD. Perekonomian Indonesia akan terus tumbuh kuat, dan mereka memandang Indonesia sebagai jangkar ekonomi ASEAN pintu gerbang ke kawasan ini.”
Kunjungan hari Sabtu ini menandai kunjungan kedua Airlangga ke Brussels dalam dua bulan, setelah putaran terakhir negosiasi CEPA bulan lalu, di mana kedua belah pihak menyelesaikan masalah teknis yang tersisa.
Pengumuman Airlangga muncul setelah pertemuan dengan Komisioner Eropa untuk Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Maroš Šefčovič di Brussels.
Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar kelima Indonesia, dengan perdagangan bilateral mencapai $30,1 miliar pada tahun 2024. Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar $4,5 miliar dengan Uni Eropa tahun lalu.
“Indonesia dan Uni Eropa menyadari ini sebagai momen kritis,” ujar Airlangga dalam kunjungan sebelumnya. “Komoditas utama kita saling melengkapi, alih-alih bersaing. Menyelesaikan perjanjian ini akan bersama-sama memperkuat rantai pasokan global.”
Bebas Tarif
Berdasarkan CEPA, 80 persen ekspor Indonesia ke Uni Eropa diperkirakan akan menikmati bea masuk nol dalam satu hingga dua tahun setelah implementasi. Sektor-sektor yang akan diuntungkan antara lain industri padat karya seperti alas kaki, tekstil, dan garmen, serta minyak sawit, perikanan, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
Selama negosiasi, Uni Eropa menyuarakan keprihatinan mereka mengenai persyaratan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), akses sektor otomotif, mineral penting, dan insentif investasi.
Indonesia, pada gilirannya, mendesak perlakuan yang adil terhadap ekspor perikanannya, dengan tujuan mencapai kesetaraan dengan negara-negara tetangga ASEAN seperti Thailand dan Filipina. Airlangga mengatakan bahwa Uni Eropa telah sepakat untuk memastikan kesetaraan bagi produk perikanan Indonesia.
Terkait regulasi deforestasi Uni Eropa, Komisaris Šefčovič meyakinkan para pejabat Indonesia bahwa pertimbangan khusus akan diberikan—sebuah janji yang menurut Airlangga akan melindungi ekspor berbasis hutan Indonesia.
Pemerintah Indonesia memperkirakan bahwa CEPA dapat meningkatkan ekspornya ke Uni Eropa lebih dari 50 persen dalam tiga hingga empat tahun dengan meningkatkan akses pasar dan menghapus hambatan perdagangan utama.