Jurnalnetizen.com – Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menegaskan peran penting Badan Pengelola Investasi Indonesia (Danantara) dalam menstabilkan iklim investasi di Indonesia, khususnya dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV).
Pernyataan tersebut disampaikannya menyusul upaya pemerintah untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di segmen hilir proyek pabrik baterai EV terintegrasi, yang saat ini memegang saham sebesar 30 persen, dengan Danantara diharapkan ikut berpartisipasi dalam usaha patungan tersebut.
Menurut Riza, Danantara dapat membantu memastikan bahwa investasi dalam bahan baku dan produksi baterai terus berlanjut meskipun industri EV global sedang bergejolak akhir-akhir ini.
“Kita beruntung karena dinamika di sektor ini tidak mudah untuk dilalui. Misalnya, setelah LG dari Korea menarik diri, sekarang ada pihak lain yang tertarik untuk bergabung,” katanya, Jumat.
“Untuk memastikan semua ini berjalan lancar, Danantara memegang peran kunci dalam menjaga keberlangsungan investasi dan produksi bahan baterai serta kemasan baterai,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengumumkan bahwa Presiden Prabowo telah menyetujui konsorsium China Huayou untuk mengambil alih proyek dari LG asal Korea Selatan dalam pengembangan baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai US$9,8 miliar.
Ia mencatat bahwa perusahaan milik negara Indonesia memegang saham mayoritas sebesar 51 persen di segmen hulu proyek tersebut, yang dikenal sebagai “Project Titan.”
Proyek tersebut melibatkan pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik dengan total kapasitas 30 GWh. LG menyelesaikan 10 GWh pertama sebelum keluar, dan Huayou akan melanjutkan dengan 20 GWh sisanya.
Dengan investasi LG sebesar US$1,2 miliar dalam proyek senilai US$9,8 miliar tersebut, Huayou diharapkan akan menyumbang sisa US$8,6 miliar.