Jurnalnetizen.com – Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menyatakan Indonesia siap menghadapi dampak kebijakan tarif timbal balik Presiden AS Donald Trump dengan mengutamakan diplomasi perdagangan, memperkuat solidaritas ASEAN, dan mempercepat diversifikasi pasar ekspor.
Ia juga mengungkapkan rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) antara Indonesia dan AS yang diharapkan dapat membantu memperluas perdagangan bilateral.
“Menanggapi kebijakan tarif tersebut, Indonesia terus bergerak maju dengan sejumlah strategi. Strategi tersebut meliputi diplomasi, solidaritas regional ASEAN, dan diversifikasi pasar ekspor,” kata Esti dalam webinar pada Rabu (21/5).
Pada 2 April lalu, Presiden AS Trump mengumumkan tarif timbal balik terhadap sejumlah negara, yakni sebesar 32 persen terhadap Indonesia. Pemerintahan Trump juga menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen terhadap impor dari seluruh negara.
Namun, ia kemudian mengumumkan penundaan selama 90 hari bagi sebagian besar negara, termasuk Indonesia, untuk memberikan waktu bagi negosiasi.
Roro menyatakan bahwa Indonesia akan mengambil langkah-langkah terstruktur dan konstruktif untuk mengatasi situasi ini.
Ia mengatakan, sebagai bagian dari negosiasi tersebut, Indonesia mengusulkan kerja sama yang lebih berimbang di sektor jasa keuangan dan meminta agar tarif impor AS terhadap produk ekspor unggulan Indonesia, seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang, disesuaikan agar lebih kompetitif dibandingkan dengan negara pesaing.
Selain mengutamakan diplomasi perdagangan dengan AS, Indonesia juga tengah memajukan solidaritas regional dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Roro menegaskan ASEAN harus bersatu agar pengaruhnya tetap kuat di panggung global.
Oleh karena itu, Indonesia mendukung Malaysia, yang saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN, dalam menginisiasi dialog regional antara negara-negara anggota dan AS.
“Sebelum pengumuman kebijakan tarif resiprokal, Indonesia telah mengusulkan penyusunan non-paper pada pertemuan ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Retreat di Johor, Malaysia (Februari 2025), untuk mengantisipasi kebijakan tarif AS. Usulan tersebut menegaskan pentingnya sentralitas ASEAN di tengah tensi perdagangan global,” tutur Roro.
Terkait diversifikasi pasar, pemerintah Indonesia tengah mempercepat penyelesaian 16 perjanjian perdagangan bebas (FTA), antara lain Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), Indonesia-Peru CEPA, dan Indonesia-EU CEPA, Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA), dan Indonesia-Tunisia PTA to Amendment to the Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) Protocol.
“Dengan ratifikasi dan implementasi perjanjian tersebut, Indonesia diharapkan mampu memperluas akses pasar dan memperkuat hubungan perdagangan internasional,” pungkasnya.