Jurnalnetizen.com – Pemerintah telah mengeluarkan peringatan keras kepada warganya agar tidak menerima tawaran kerja di Kamboja, Myanmar, dan Thailand, dengan alasan meningkatnya jumlah kasus perdagangan manusia dan kerja paksa di bawah sindikat kriminal.
Abdul Kadir Karding, Menteri Perlindungan Pekerja Migran, menghimbau para pencari kerja untuk sangat berhati-hati, terutama saat menemukan tawaran kerja yang beredar di media sosial. Ia mengatakan Indonesia tidak memiliki perjanjian penempatan pekerja migran resmi dengan salah satu dari ketiga negara tersebut.
“Jika Anda menerima tawaran kerja dari negara-negara tersebut, harap berhati-hati — sudah banyak kasus perdagangan manusia,” kata Abdul. “Kita perlu kesadaran publik yang lebih kuat untuk mencegah lebih banyak orang menjadi korban sindikat ini.”
Pernyataannya menyusul laporan kematian dua warga negara Indonesia — Ihwan Sahab dari Bandung dan Rizal Sampurna dari Bandung — yang diduga bekerja secara ilegal di Kamboja.
Baik Ihwan maupun Rizal tidak muncul dalam basis data resmi pemerintah tentang pekerja migran terdaftar, yang menunjukkan bahwa mereka mungkin telah memasuki negara tersebut dan mendapatkan pekerjaan melalui jalur yang tidak diatur.
Investigasi pemerintah mengungkap bahwa Rizal memasuki Kamboja melalui laut pada Oktober tahun lalu. Pada 13 Maret, ia menghubungi keluarganya di Banyuwangi, mengatakan bahwa ia dipaksa bekerja sebagai penipu daring dan membagikan foto yang memperlihatkan kedua tangannya diborgol.
Pada tanggal 6 April, seorang kolega memberi tahu keluarga Rizal tentang kematiannya, tetapi tidak ada dokumentasi atau bukti foto yang diberikan. “Kami berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Indonesia di Phnom Penh untuk mengatur pemulangan jenazah Rizal,” kata Abdul.
Sementara itu, Ihwan dilaporkan mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit di Kamboja pada tanggal 5 April. Ia meninggal sembilan hari kemudian karena trauma kepala dan pendarahan dalam, menurut catatan medis yang dikutip oleh kedutaan. Jenazahnya dimakamkan di Kamboja dengan persetujuan keluarganya.
Kedutaan mengatakan tidak dapat mengidentifikasi majikan Ihwan atau Rizal, sehingga mempersulit upaya untuk mencari akuntabilitas.
Bulan lalu, pemerintah Indonesia, dengan dukungan otoritas Tiongkok dan Thailand, mengevakuasi lebih dari 550 warga negara yang terjebak di Myanmar setelah menjadi mangsa jaringan penipuan transnasional. Banyak yang tertipu oleh janji pekerjaan bergaji tinggi di Thailand dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, tetapi kemudian diperdagangkan untuk menjadi pekerja paksa untuk operasi penipuan daring dalam kondisi perbudakan virtual.
Orang-orang ini termasuk di antara lebih dari 7.000 korban dari berbagai negara yang diselamatkan dalam operasi gabungan yang melibatkan Tiongkok, Thailand, dan kelompok milisi lokal. Banyak yang ditahan di kota perbatasan Myawaddy, Myanmar, dan dipaksa menjalankan penipuan investasi daring, penipuan asmara, dan skema perjudian ilegal.
Menurut data resmi, lebih dari 4.700 warga negara Indonesia diselamatkan dari sindikat kejahatan dunia maya internasional yang beroperasi di Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam antara tahun 2020 dan 2023.