Jurnalnetizen.com – Presiden Prabowo Subianto menegaskan kembali sikap netral Indonesia terhadap perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dengan menyatakan bahwa kedua negara merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia. Meningkatnya tarif yang saling berbalas antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut telah meningkatkan ketegangan perdagangan global.
“Saya berharap mereka akan mencapai kesepahaman bersama,” kata Prabowo di sela-sela Forum Diplomasi Antalya pada hari Jumat.
“Indonesia menghormati semua negara. Kami menganggap Tiongkok sebagai teman baik, dan kami juga menganggap AS sebagai teman baik. Kami ingin bertindak sebagai jembatan di antara mereka,” tambahnya, menggarisbawahi niat Indonesia untuk tetap menjadi aktor netral dalam perang dagang yang meningkat.
Ketika ditanya apakah Indonesia akan memutuskan hubungan dengan Tiongkok demi memperdalam kerja sama dengan AS, Prabowo langsung menepis anggapan tersebut. “Tidak, itu tidak mungkin. Tiongkok terlalu dekat dengan Indonesia,” katanya, mengacu pada hubungan yang telah berlangsung lama antara kedua negara.
Konflik perdagangan berubah tajam sebelumnya ketika Tiongkok menaikkan tarif atas barang-barang AS sebesar 125 persen, mulai hari Sabtu, sebagai balasan atas kenaikan tarif AS yang menaikkan bea masuk atas impor Tiongkok hingga 145 persen. Keputusan tersebut, yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, juga mencakup penangguhan tarif baru selama 90 hari untuk sebagian besar negara kecuali Tiongkok.
Saat ini Indonesia menghadapi tarif impor sebesar 32 persen berdasarkan ketentuan perdagangan baru AS, meskipun penerapan penuhnya telah ditunda selama 90 hari. Meskipun demikian, dampak berantai dari kebuntuan ekonomi AS-Tiongkok diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap Asia Tenggara dan pasar global yang lebih luas.
Prabowo mengonfirmasi bahwa ia telah meminta pertemuan dengan Presiden Trump untuk membahas dampak tarif baru terhadap Indonesia. “Saya telah meminta waktu. Saya berharap itu akan terjadi,” katanya.
Sementara itu, negara-negara ASEAN telah memilih untuk tidak membalas tarif AS. Dalam pernyataan bersama yang dirilis oleh para menteri ekonomi ASEAN pada tanggal 11 April, blok tersebut menyatakan komitmen terpadu untuk dialog yang konstruktif daripada konfrontasi.
“Kami menyatakan niat bersama kami untuk terlibat dalam dialog yang jujur dan konstruktif dengan AS untuk mengatasi masalah terkait perdagangan,” bunyi pernyataan tersebut.
Meskipun ada tekanan dari Tiongkok untuk mengadopsi tanggapan terkoordinasi, ASEAN menekankan bahwa komunikasi dan kolaborasi yang terbuka tetap penting untuk memastikan hubungan perdagangan yang seimbang dan berkelanjutan.