Jurnalnetizen.com – Presiden Prabowo Subianto kembali menyoroti kampanye ‘Indonesia Gelap’ yang viral di media sosial beberapa waktu belakangan sebagai respons atas keresahan ekonomi-politik di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Prabowo mengaku bingung dengan orang-orang yang menyebut Indonesia gelap. Namun demikian, Ia menghormati hak orang dengan mengatakan ‘Indonesia Gelap’. Prabowo punya keyakinan sebaliknya bahwa ‘Indonesia Cerah’.
Berbicara di sebuah forum ekonomi di Jakarta pada hari Selasa, Prabowo menekankan bahwa meskipun pemerintahnya menyambut kritik, kritik harus dibedakan dari kampanye kebohongan yang diatur.
“Kami tidak anti-kritik. Malah, kami menyambutnya. Kritik membantu kita tetap waspada dan berhati-hati,” kata Prabowo di acara yang diadakan di Menara Mandiri, Sudirman.
Namun, ia memperingatkan bahwa kebohongan yang berulang-ulang—terutama yang disebarkan secara daring—berisiko menjadi kebenaran yang diterima. Mengacu pada teori kepala propaganda Nazi Joseph Goebbels, Prabowo menggambarkan taktik semacam itu sebagai bentuk “perang psikologis.”
“Jika seseorang mengatakan matahari terbit dari barat, dan itu diulang 500 kali, akhirnya beberapa orang mungkin mempercayainya. Ini adalah operasi psikologis yang dirancang untuk mengacaukan suatu negara,” katanya.
Pernyataan presiden tersebut merupakan tanggapan langsung terhadap klaim baru-baru ini bahwa Indonesia menghadapi masa depan yang suram atau “gelap”. “Saya merasa aneh ketika orang mengatakan Indonesia itu gelap. Jika itu yang mereka rasakan, itu hak mereka. Namun ketika saya bangun di pagi hari, saya melihat Indonesia yang cerah,” katanya, yang disambut tepuk tangan dari hadirin.
Prabowo mengatakan optimismenya didasarkan pada pengamatan di lapangan, dengan mengutip peningkatan produktivitas pertanian dan peningkatan mata pencaharian di kalangan petani sebagai bukti perubahan positif. “Kami telah memangkas peraturan yang tidak relevan dan menyederhanakan proses. Saya melihat petani yang senang—hasil panen meningkat, dan harga wajar,” tambahnya.
Namun, ia mengakui bahwa komunikasi pemerintah tidak selalu efektif, dan berjanji untuk meningkatkan transparansi dan penyampaian data. “Itu tanggung jawab saya,” katanya.
Prabowo mengatakan, pertahanan paling efektif terhadap berita bohong dan narasi palsu adalah transparansi dan penyajian data yang dapat diverifikasi dan berbasis sains. “Kebohongan bisa terus menyebar, tetapi pada akhirnya akan terungkap. Dan ketika itu terjadi, kepercayaan akan hilang. Itulah harga yang harus dibayar siapa pun yang bermain di ruang itu,” ia memperingatkan.
Presiden juga menggarisbawahi bahwa strategi ekonomi Indonesia tetap difokuskan pada penanggulangan ketidakstabilan global, khususnya gelombang perang dagang dan kenaikan tarif yang sedang berlangsung. Ia menghimbau masyarakat Indonesia untuk tidak terjerumus dalam narasi pesimistis dan sebaliknya mengandalkan fakta dan ketahanan nasional.
“Kita mengarahkan ekonomi kita untuk menghadapi tantangan global secara langsung,” kata Prabowo. “Mari kita tetap berpegang pada data, bukan disinformasi.”
Pada bulan Februari dan Maret, pemuda Indonesia menggelar protes “Indonesia Gelap” di seluruh negeri yang menentang kebijakan Presiden Prabowo, termasuk pemotongan anggaran negara yang besar. Gerakan tersebut, yang mendapatkan momentum secara daring, kemudian mengalihkan fokus untuk menentang perluasan peran perwira militer aktif dalam posisi pemerintahan sipil berdasarkan undang-undang militer yang direvisi.